30.5.13

Growing Up

Oke, jadi sekarang disinilah saya. Menjadi pengangguran terselubung. Nggak punya kerjaan, nggak menghasilkan uang, wara-wiri nggak jelas, kerjanya cuma ke tempat Bimbel, dan ngabisin makanan di rumah.

Jadi, ceritanya beberapa hari yang lalu saya dapet kabar, kalau saya lulus SMA. Ugh, rasanya? Rasanya saya masih nggak percaya dan sampe sekarang saya masih mikir, "God, gue lulus SMA, nih? Gue udah selesai ngejalanin 12 tahun masa wajib belajar gue?"

Nggak percaya aja, rasa deg-degan menjelang UN masih terasa banget. Masih ngerasain rasanya tertumpuk di antara lembaran-lembaran soal UN, coret-coretan saya yang nggak jelas, rumus-rumus fisika, kimia, dan matematika yang bikin kepala saya mau meledak. Dan saya masih inget banget, malam sebelum UN, saya nggak bisa tidur sampai jam setengah 2 pagi.

Waktu itu, yang bikin saya tambah pusing, Paskibra sekolah saya mau ngadain acara kompetisi yang cukup besar. Dan walaupun memang saya udah nggak menjabat lagi sebagai pengurus, tapi hal itu benar-benar membuat saya kepikiran. Saya cuma mikir, selama saya masih ada di sekolah berarti masih tanggung jawab saya --sebagai senior buat ngarahin adik-adiknya.

Dan akhirnya, semuanya terlewati begitu saja. Padahal waktu itu saya sempet mikir, "bisa nggak, ya gue ngelewatin ini semua?"

Memang sih, ini belum sepenuhnya berakhir. Masih ada hal yang harus saya kejar. Dan untuk saat ini, hal tersebut adalah lolos masuk PTN. Hal klasik.

Tapi, ya itu tadi, saya masih nggak percaya aja ternyata saya udah nggak menyandang status "anak SMA" lagi. Dan hal yang ngebuat saya benar-benar tersadar akan hal itu adalah saat acara perpisahan kemarin. Suasana pada saat itu rasanya nampar saya, dan bilang, "Ran, lo udah lulus SMA, loh. Masih mau kayak gini-gini aja? Gimana kedepannya? Lo mau kemana dan mau jadi apa?"

Kalau kata ayah saya, lulus SMA itu baru awal segalanya. Awal untuk membuat, menentukan, dan menjalani pilihan hidup saya. Mau kemana saya setelah ini. Mau jadi apakah saya. Dan kalau bagi saya sendiri, mencoba membuat nyata cita-cita yang dulu saya sering ucapkan.

Beruntung saya lahir di keluarga yang cukup demokratis, dalam arti, pilihan sepenuhnya ada di tangan saya. Karena bagi orangtua saya, yang akan menjalani hidup kedepannya adalah saya. Sendiri. Tanpa mereka. Yang pada akhirnya, membuat saya berhati-hati dan bertanggungjawab pada setiap pilihan yang saya tentukan.

Sekarang saya sih, rasanya ingin ketawa aja. Dulu, waktu kecil, saya pengen banget jadi kakak-kakak SMA atau kakak-kakak kuliahan, kayaknya asik banget. Nyatanya, setelah sekarang saya sampai di periode ini, saya baru sadar kalau ternyata tumbuh dewasa itu tidak semenyenangkan yang saya pikirkan.

Tapi, yaudah, dinikmati aja. Being young is fun.:-)

 High School is end.