28.9.14

Politics

It's easier for me to start writing a post on my blog rather than writing an essay for my assignment. But I guess it's a part of nature's law hehe. Everything seems more interesting when you have to study (:p).

So, here I am... duduk terpekur di depan layar laptop membaca dari satu situs berita ke situs lainnya-- mencoba memahami situasi politik Indonesia yang saat ini sedang memanas dan menjadi topik hangat di masyarakat. Yes, politics. Gue sendiri merasa sedikit aneh, ketika entah mengapa menjadi begitu tertarik dan merasa haus akan informasi mengenai situasi dan masalah politik yang terjadi saat ini. I've never put attention on political issues before.

Tadinya gue hanya anak belasan tahun yang cuma tau isu politik dengan membaca headline news koran pagi, berita detilnya nggak gue baca lengkap--yes, you can call me a quick scanner. Atau cuma sekedar duduk di depan TV, ngikutin berita-berita politik sekilas then turn the TV off. Gue nggak pernah merasa penting untuk tau hal-hal berbau politik. Nggak pernah merasa perlu untuk tau lebih dalam mengenai isu-isu politik, karena gue merasa  bukan bagian dari politik.

Sampai akhirnya datanglah masa-masa Pemilu Legislatif pada 9 April 2014, disusul Pilpres pada 9 Juli 2014. Euforianya hingga kisruh-kisruhya justru menambah semarak--yang katanya--pesta demokrasi. Gue beruntung, pada saat yang bersamaan, gue juga baru aja menyandang status sebagai mahasiswa Ilmu Komunikasi. Otomatis isu-isu di atas adalah bagian dari kajian ilmu gue, dan gue merasa sadar bahwa gue harus put A LOT of attention kepada hal-hal tersebut.

Terutama setelah Pileg, dan menjelang Pilpres 2014, semua orang tiba-tiba--keliatannya--jadi begitu mengerti politik. Rasanya nggak ada orang yang nggak paham soal politik. Tiba-tiba aja semua orang (sok) jadi pengamat politik, dengan komentar sana-sini. Menuangkan opininya dengan semangat menggebu-gebu di berbagai medsos, jadi pendukung fanatik salah satu kandidat, menjelek-jelekkan pendukung pihak lawan, merasa pendapatnya paling benar, sampai menyebarkan black campaign--bahkan, ironisnya kemakan black campaign juga. Pokoknya saat itu, setiap orang merasa gue adalah pendukung si A, dan si A adalah yang paling benar! Lo-lo semua salah, dan lo-lo semua nggak ngerti apa-apa.

Tapi isi debatnya gak berkualitas sama sekali. Cuma sekedar copy-paste dari apa yang dibaca di internet atau copas opini-opini orang lain. Typical Indonesian people, eh? Tiba-tiba juga banyak muncul 'seleb tweet cerdas berpolitik' yang sebenernya... ergh. Idk. Gue kadang mempertanyakan, apakah mereka bener-bener tau apa yang sesungguhnya sedang berlangsung? Kok keliatannya baru dua bulan menjelang Pilpres melek dan langsung koar-koar soal politik?

Gimanapun, gue percaya sih, tong kosong nyaring bunyinya. Justru kadang yang banyak omong, adalah mereka yang sebenernya nggak tau apa-apa. Cuma biar keliatan keren aja. Biar keliatan, 'ini loh gue anak muda peduli politik! I'm such a smartass, and you're really dumb.'

Gue sendiri, karena masih merasa sangat minim pengetahuannya tentang politik, ya berusaha diam aja. Diam dalam arti gue mencerna informasi-informasi yang ada dan berusaha bersikap kritis--nggak menelan mentah-mentah. Berusaha untuk nggak sok-sokan menyebarkan informasi yang gue sendiri sebenernya nggak paham, informasi-informasi yang nggak jelas, atau menimbulkan provokasi. I tried to be wise voter.

Dan saat ini, sebagai mahasiswa jurnalistik, gue mendapat mata kuliah komunikasi politik. Gue tambah-tambah diharuskan dan disadarkan untuk tau political issues yang saat ini lagi merebak. Belakangan, yang lagi rame jadi pemberitaan di media masih sangkut-paut dengan urusan pasca Pilpres. Prabowo menggugat MK, UU MD3, PAN dan PPP tiba-tiba datang ke Rakernas PDI-P, dan yang lagi hot saat ini adalah hasil keputusan RUU Pilkada. Tulisan-tulisan 'RIP Democracy' dan hashtag yang ngata-ngatain SBY sempat jadi trendic topic.

Pertanyaan besar itu lagi-lagi muncul di kepala gue, 'apa bener orang-orang yang rame di medsos itu tau apa yang sebenarnya berlangsung? Apa mereka tau apa arti demokrasi? Mengapa mereka merasa haknya terampas? Apa mereka tau bahwa RUU Pilkada itu udah ada sejak 2010? Mengapa disangkutpautkan dengan KMP? Kenapa... kenapa...' Banyak sekali pertanyaan yang menggantung di kepala gue dan gue sangat butuh jawabannya. I'm craving for information.

Kalau kata dosen politik gue, kehidupan kita-- gue dan lo--nggak akan pernah terpisahkan dari politik. Tanpa politik negara akan mati. Gue, lo, juga akan mati. Tapi, gue juga masih punya pertanyaan, mengapa politik selalu diasosiasikan sebagai sesuatu yang buruk? Anyone can explain?




No comments:

Post a Comment